Cirebon, 2017 part 2


Tujuan berikut: makam Sunan Gunung Jati. Tempat tersebut terkenal sebagai tujuan ziarah bagi umat Islam. Untuk menuju kesana, dari Plered kita menggunakan kendaraan umum dengon kode GP sampai di pompa bensin di pertemuan jl cemara dan jl sisingamangaraja. Dari situ kami berganti kendaraan no 06,yamg langsung mengantar kami ke tujuan. 

Di tempat tersebut ternyata terdapat 2 buah makam. Makam yang terletak di sebelah kanan (dari arah Cirebon) adalah makam Syeh Maulana Datil Kahfi. Sesuai tujuan awal, kami mengunjungi makam Sunan Gunung Jati. Di area parkir nampak banyak kendaraan peziarah. Menjelang gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks makam, banyak orang yang meminta sumbangan. Gaya mereka ini menurut kami sangat, sangat, dan sangat mengganggu. Pertama, cara memintanya sangat vulgar. Salah satu contoh, mereka berani memegang dan menahan tangan bahkan perut kami. Kedua, mereka meminta uang ini seolah2 seperti bentuk tiket masuk. Jika kami tidak memberikan sepertinya, kami orang yang ingin masuk secara gratis. Di tempat tersebut tidak ada loket tiket resmi. Kami pikir kotak sumbangan sukarela yang terletak di dekat gerbang utama adalah kotak resmi. Disitu kami memberikan uang rp. 5.000. Setelah itu ada sekitar 4 orang yang berusaha menahan kami untuk masuk. Mereka memaksa agar kami memberikan uang. Kami cuek saja, terus masuk. Cara2 nya menurut kami sangat……. (ga berani nulis takut kena UU ITE). 

Setelah berhasil masuk gerbang, ada satu kotak sumbangan lagi yang nampak resmi. Kami masukkan lagi uang rp. 5.000. Selepas kotak ini, sudah tidak ada orang2 yang memaksa lagi. Akan tetapi permintaan sumbangan belum berhenti. Hanya caranya jauh lebih sopan. Di gerbang dalam menuju makam utama, terdapat 2 orang yang duduk di pintu membawa keranjang kecil untuk menampung sumbangan.  Sebelum memasuki gerbang ini kami harus melepas alas kaki. 

Setelah melewati gerbang ini, ada meja yang digunakan untuk mendata tamu yang datang. Disini juga ada kotak sumbangan. Hal yang menarik adalah ada uang lembaran rp. 100.000 dan rp. 50.000 yang diselipkan di buku tamu. Seolah2 itu merupakan sumbangan atau kontribusi standar. Kami mengkontribusikan rp. 5.000 lagi. Di area utama ini banyak peziarah yang berdoa dan mengambil air suci. Satu rombongan dari Semarang baru saja usai berdoa. Untuk sejenak area tersebut relatif sepi. Hal ini membuat kami leluasa untuk mengambil foto. Area ini adalah area terakhir yang bisa diakses. Untuk menuju makam Sunan Gunung Jati, peziarah harus mendapatkan ijin khusus. Bagi kami cukup sampai di area ini saja. O ya, disini juga terdapat 2 orang lagi yang membawa kotak sumbangan. 

Cukup banyak yang bisa dilihat disini. Ada sumber air yang dianggap memiliki khasiat. Ada ornamen2 dari porcelain yang menurut pemandu berasal dari Cina. Satu hal menarik adalah adanya komplek makam kecil yang diyakini sebagai makam keluarga dari istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Cina. Meski pemakamannya bernuansa Muslim, tetapi terdapat tempat untuk meletakkan dupa. Kami menganggap hal ini merupakan bentuk toleransi yang bagus. Salah satu ornamen porcelain yang ada di makam memiliki gambar naga. 

Usai melihat dan mengambil gambar, kami keluar dari pintu samping. Begitu keluar, pasukan sumbangan sudah menanti. Sikap cuek tetap diterapkan. Sejurus kemudian kami sudah berada di area parkir. Disitu kami berpisah dengan pemandu kami dan memberikan uang jasa rp. 20.000. Relatif murah dan kami memberikan dengan ikhlas karena yang bersangkutan banyak memberikan informasi. 

Usai mengunjungi makam Sunan Gunung Jati, kami kembali ke hotel. Kendaraan umum no 06 membawa kami ke tujuan. Ketika menyebrang kami mencoba melihat sekilas makam yang satunya. Begitu sampai di depan gerbang sudah disambut oleh pasukan yang sama dengan di makam Sunan Gunung Jati. Langsung membuat minat kami untuk masuk hilang. Selanjutnya kami menunggu kendaraan 06 yang akan membawa kami kembali…. 

Catatan perjalanan hari pertama di cirebon berakhir disini…… 


Leave a Reply