Cirebon, 2017


Hari ini saya ambil cuti untuk sejenak istirahat dari rutinitas pekerjaan. Kebetulan istri saya juga mengambil jatah libur pengganti. Sesuai rencana, hari ini kami berangkat ke Cirebon. Tiket kereta sudah dibeli minggu lalu seharga rp. 150.000 utk yang berangkat dan rp. 210.000 untuk pulang ke bandung. 

Kereta api pagi dari bandung bertolak pukul 6.15 dan tiba di cirebon pukul 10.30. Kursi yang kami pilih no 3c dan 3d. Tujuan akhir kereta api ini adalah Semarang. Antara Bandung dan Cirebon, kereta berhenti di Cimahi, Purwakarta, cikampek, haurgeulis, dan jatibarang. Di cikampek, kereta akan berganti arah sehingg tempat duduk harus di ubah. Posisi kursi no 3 ini kurang nyaman ketika diubah. Hal tersebut dikarenakan kursi no 2 tidak di ubah posisinya. Oleh karena itu, kami berhadapan dengan penumpang yg lain. 

Ya sudah, terpaksa diterima meski sedikit kurang nyaman. Perjalanan dinikmati sambil tidur2 ayam ditemani koleksi lagu di handphone. Pukul 10.30 kereta tiba di tujuan. Kondisi stasiun Cirebon sudah jauh lebih baik sejak terakhir kami melihatnya di tahun 2015. Meski demikian kerumunan tukang becak, ojek, mobil sewaan, dan taxi masih sama. 

Hotel yang kami pesan, Langensari terletak lebih kurang 600 meter dari stasiun. Jarak tersebut relatif mudah di jangkau dengan berjalan kaki. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mencapai hotel tersebut. Waktu check in pukul 13.00 dan kamar yang kami pesan di lantai dasar juga belum siap. Oleh karena itu kami hanya registrasi awal saja dan menitipkan tas. 

Usai urusan hotel kami langsung berangkat menuju Goa Sunyaragi. Lokasi tempat wisata ini cukup jauh sehingga kami menggunakan kendaraan umum D5. Kendaraan ini berhenti sekitar 650 meter dari lokasi. Sehingga kami masih harus berjalan kaki atau naik becak.  Pilihan kami, berjalan kaki saja. 

Latar belakang sejarah Goa Sunyaragi dapat disimak pada berbagai situs di internet. Hehe.. Yang jelas objek wisata ini sangat menarik buat yang senang berfoto. Pukul 13.00 kami meninggalkan lokasi dan menuju Plered menggunakan Elf. Ongkos yang kami keluarkan rp. 4.000 seorang. Tujuan kami selanjutnya adalah Kampung Batik Trusmi. Karena sudah waktunya untuk malam siang, dalam perjalanan kami berhenti di Empal Gentong Amarta. Wisata kuliner di cirebon dimulai dengan menyantap hidangan nikmat berkolesterol tinggi ini. Segerrr.. Menu yg kami pilih empal gentong dan empal asem plus es teh manis dan es jeruk. Total jendral rp. 52.000 kami bayarkan sebagai pengganti kenikmatan tersebut. 

Perjalanan ke lokasi kampung batik kami lanjutkan menggunakan kendaraan umum dengan ongkos rp. 4.000 juga. Rata2 kendaraan umum di cirebon mengenakan ongkos rp. 4.000. Kami berhenti sekitar 400 meter dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tidak ada tujuan khusus untuk membeli baju batik. Kami hanya sekadar melihat2 saja. Kami juga tidak menelusuri perkampungan batiknya. Hanya melihat2 di outlet Batik Trusmi. Istri saya membeli syal untuk digunakan pada perjalanan ke inggris bulan mei mendatang (semoga dimudahkan dan dilancarkan oleh Tuhan). Kami juga membeli sajadah batik untuk bibi yang membantu di rumah. 

Usai berbelanja, kami berjalan lagi menuju jalan utama plered untuk kembali ke pusat kota. Begitu kami keluar dari outlet tersebut, beberapa tukang becak menawarkan jasanya untuk membawa kami berkeliling perkampungan batik. Tawaran tersebut kami tolak. 

Selanjutnya….. Silakan ikuti catatan berikutnya… 


Leave a Reply